Pancasila
Sebagai Sistem Filasafat
A.
Pengertian
Filsafat
Dalam
wacana ilmu pengetahuan, banyak orang memandang bahwa filsafat adalah merupakan
bidang ilmu yang rumit, kompleks dan sulit dipahami secara definitif. Namun
demikian sebenarnya pendapat yang demikian ini tidak selamanya benar. Selama
manusia hidup sebenarnya tidak seorangpun dapat menghindar dari kegiatan
berfilsafat. Dengan lain perkataan setiap orang dalam hidupnya senantiasa
berfilsafat, sehingga berdasarkan kenyataan tersebut maka sebenarnya filsafat
itu sangat mudah dipahami. Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini
materilah yang essensial dan mutlak, maka orang tersebut berfilsafat
materialisme. Jikalau seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu
sumbernya rasio maka orang tersebut berfilsafat rasionalisme, demikian juga
jikalau seseorsng berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah
kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahiriah, maka paham ini disebut hedonisme.
Secara
etimologis istilah “Filsafat” berasal
dari bahasa Yunani “Philein” yang
artinya “Cinta” dan “Sophos” yang artinya “Hikmah” atau “Kebijaksanaan” atau “Wisdom”.
Jadi secara harfiah istilah “Filsafat”
mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai dengan
sejarah timbulnya ilmu pengetahuan, yang sebelumnya dibawah naungan filsafat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul pula filsafat yang
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik,
sosial, hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agama, dan bidang-bidang ilmu lainnya.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, sebagai berikut:
Pertama:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
·
Filsafat sebagai jenis pengetahuan,
ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang
lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya
rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dan alin sebagainya.
·
Filsafat sebagai suatu jenis problema
yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia
mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal
manusia.
Kedua:
Filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan
dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Dalam pengertian ini, filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat
dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu
kumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu nilai
tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang
dinamis dengan
menggunakan
suatu metode tersendiri.
Adapun
cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:
1. Metafisika,
yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi
bidang-bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi, yang
berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3.
Metodologi,
yang
berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam observasi ilmu pengetahuan,
wawancara, dan kajian pustaka.
4.
Logika,
yang
berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.
5.
Etika,
yang
berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6.
Estetika,
yang
berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.